Mama Hasria: Wanita yang Harus Berenang Setiap Hari untuk Mendapatkan Air Bersih untuk Kampungnya

0 98

Penduduk di salahs atu desa, Mama Hasria, berenang ke hulu dengan membawa sekitar 200 jerigen kosong yang diikat ke punggungnya, perjalanan sehari-hari yang dia dan wanita lokal lainnya buat untuk mendapatkan air bersih bagi komunitas mereka di pulau Sulawesi.

Saat matahari yang panas menyengat, Hasria menempuh perjalanan sejauh empat kilometer (2,5 mil) sepanjang satu jam di sepanjang sungai Mandar yang keruh menuju sumur air bersih yang dibangun di sepanjang tepi sungai.

Di sana, wanita berusia 46 tahun itu mengisi kalengnya dengan air bersih yang bisa diminum oleh tanah di sekitarnya yang berfungsi sebagai filter dan pembersih alami.

Pekerjaan Hasria dan sesama pengumpul air lainnya, yang hanya dibayar sekitar 500 rupiah untuk setiap jerigen air, berperan sangat penting bagi sekitar 5.800 keluarga di daerah Tinambung.

Hari Kamis adalah Hari Air Sedunia, sebuah inisiatif PBB yang tahun ini berfokus pada solusi “berbasis alam” untuk sumber air minum global.

Ini merupakan tantangan di Tinambung di mana warga mengeluh selama bertahun-tahun tentang akses terbatas ke air bersih di desa nelayan terpencil.

“Kami harus mengumpulkan air dari hulu untuk minum dan memasak,” kata Hasria.

“Air di desa hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci baju.”

Masyarakat lain berjuang dengan tantangan serupa di Indonesia, yang memiliki banyak sekali masalah lingkungan dan perbedaan yang meragukan sebagai tuan rumah dari sungai Citarum yang kotor, yang bermuara ke laut dekat Jakarta.

Satu dekade yang lalu, Bank Dunia menyatakannya sebagai sungai yang paling tercemar di dunia.

Dihadapkan dengan keadaan darurat kesehatan setelah puluhan tahun gagal dalam upaya pembersihan, pemerintah melangkah dengan tujuan yang tampaknya mustahil untuk membuat air minum Citarum pada tahun 2025.

Leave A Reply

Your email address will not be published.