Jelang Cap Go Meh 2022, Tatung Siap Melaksanakan Ritual Tolak Bala

0 137

InhuaOnline, Singkawang – Singkawang dikenal sebagai Kota Seribu Kelenteng. Pada hari ke 13 dan 14, menjelang Cap Go Meh 2022, pada tanggal 13 dan 14 Februari 2022 mendatang,
para Tatung akan melaksanakan ritual tolak bala.

Ritual cuci jalan ini sudah menjadi tradisi bagi warga Tionghoa yang menjadi
agendarutin setiap tahunnya. Cuci jalan memiliki filosofi magis. Para Tatung yang telah dirasuki roh Dewa atau leluhur melewati jalan-jalan protokol sambil membaca mantra dan mudra.
Sebelum menjalankan ritual Tolak Bala atau cuci jalan, para Tatung, terlebih dahulu mendatangi Kelenteng untuk melaksanakan ritual sembahyang dan doa keselamatan, untuk membersihkan Kota dari gangguan roh jahat.

Para Tatung yang berasal dari daerah mana pun boleh melakukan ritual di Kelenteng tidak dilarang untuk melakukan ritual serupa di Kelenteng lain di sekitar lokasi asal Tatung.
Setiap Tatung melakukan atraksi yang oleh sebagian orang dipandang mengerikan, seperti menusukkan benda tajam ke bagian tubuh, terutama pada bagian pipi.

Meski disayat dan ditusuk dengan senjata tajam dan runcing, Tatung tersebut tidak terluka sama sekali karena telah mengikuti ritual sebelumnya.

Kendati terlihat mengerikan, atraksi Tatung merupakan yang paling ditunggu-tunggu karena keunikannya yang tidak didapat di tempat lain. Tatung menggunakan kostum etnis tionghoa dan etnis Dayak.Selain atraksi Tatung, terdapat pula banyak hal menarik.

Sejarah Tatung melaksanakan ritual Tolak Bala pada hari ke 13 dan 14 perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang bermula sejak adanya gelombang migrasi etnis Tionghoa 400 tahun yang lalu, khususnya suku Khek dan Hakka dari China Selatan ke Kalimantan Barat.

Pada suatu waktu, tersebarlah wabah penyakit di perkampungan-perkampungan. Oleh karena belum ada pengobatan modern, warga kemudian mengadakan ritual tolak bala yang disebut Ta Ciau dalam bahasa Hakka.

Sejak saat itulah, ritual tolak bala ini dilakukan setiap tahunnya, yang juga disebut ritual Tatung. Berdasarkan maksud dan tujuannya, ritual Tatung melaksanakan ritual Tolak Bala, untuk mengusir bala atau roh-roh jahat dari seluruh penjuru Kota.

Setelah para Tatung kerasukan, mereka menunjukkan kesaktiannya dengan menusuk jarum-jarum panjang ke pipi dan mulut mereka, menunjukkan kekebalan terhadap golok dan pedang, mengupas kelapa menggunakan gigi, dan bermacam aksi mendebarkan lainnya.

Sekalipun ada beberapa diantaranya berdarah, luka-luka mereka dapat sembuh dengan cepat. Walaupun ritual Tatung dilakukan oleh warga Tionghoa, juga dilakukan oleh suku Dayak sebagai wujud akulturasi dan hubungan harmonis diantara mereka.

Dari orang tua, pria dewasa, bahkan perempuan dan anak-anak, menjadi Tatung dikarenakan mereka adalah orang-orang pilihan, memiliki jalinan sebab jodoh dengan para Dewa Dewi, dan tentunya dengan melakukan ritual terlebih dahulu dan bertujuan untuk mengusir kemalangan.(Rio Dharmawan)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.