Tatung Ellen Febrianti Diharapkan Hadir Meriahkan Festival Cap Go Meh Kota Singkawang

0 79

InhuaOnline, Singkawang – Pawai Tatung pada puncak perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang merupakan salah satu event besar yang selalu dinanti nantikan masyarakat
dan wisatawan domestik maupun mancanegara. Saat Cap Go Meh dilangsungkan, ada ratusan hingga ribuan Tatung yang turun langsung melakukan atraksi mengelilingi Kota Seribu Kelenteng Singkawang.

Tatung yang hadir tidak hanya berasal dari Kota Singkawang, tetapi juga dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Ellen Febrianti, salah satu Tatung yang berasal dari Kota Pontianak, hingga sejauh ini belum pernah tampil memeriahkan Festival Cap Go Meh di Kota
Seribu Kelenteng. Ia pun diharapkan bisa hadir meriahkan Festival Cap Go Meh Kota
Singkawang.

Ellen (21 tahun) yang telah menjadi Tatung sejak usia 13 tahun, akan tampil sebagai Dewa Sam Thai Z; pada perayaan Cap Go Meh mendatang di beberapa Kelenteng di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Ditemui di rumahnya di Jalan Selat Panjang, Kompleks Landak Griya Permai No. A 12, Kecamatan Pontianak Utara, Ellen menceritakan kisahnya. Ia
menuturkan tentang awal mula dirinya menjadi Tatung.

Di usia 13 tahun, ia tiba-tiba merasakan hal aneh pada tubuhnya. Ia kerap mual ketika mencium makanan berbahan daging, terutama daging sapi. Sejak itu, ia tidak pernah lagi mengonsumsi daging. Ellen Febrianti adalah Tatung cantik berusia 21 tahun yang merupakan anak ketiga dari Tiga bersaudara. Ellen adalah satu-satunya yang mendapat Anugerah Tatung, sejak usia 13 tahun.

Gadis cantik itu mengisahkan bahwa dirinya berusia 13 tahun, tiba – tiba dirinya merasa mual ketika ada masakan berbahan daging didekatnya. Sejak menjalani kehidupan Tatung, Ellen Febraianti tidak dapat makan daging, hanya dapat makan makanan vegetarian.

Selain itu, setiap malam dirinya sering memimpikan ada roh leluhur yang berkomunikasi dengannya dan memberikan berbagai petunjuk bahwa dirinya mendapat anugerah Tatung.

“Awalnya itu pertama sering didatangi dalam mimpi. Lalu setiap ada orang rumah masak daging mual, jadi hanya bisa makan nasi putih saja,” tuturnya. Semakin sering dirinya bermimpi bertemu dengan para leluhur, akhirnya orang tuanya pun bertanya kepada Tatung lainnya yang ada di Kota Pontianak.

Ia menuturkan, dirinya mendapatkan anugerah Tatung. Untuk keluarga saya sendiri tidak ada yang menjadi Tatung. Dalam menjadi Tatung, ia mengatakan dirinya tidak belajar ataupun berguru kepada orang lain. Berbagai hal mengenai Tatung ia peroleh dari arahan sang
Dewa yang berkomunikasi dengannya melalui mimpi serta saat sang Dewa masuk ke tubuhnya. Jadi dari mimpi Dewa ini pelan-pelan kasih tahu kalau mau mengundang itu caranya begini-begini,” ujarnya.

Baginya, makna utama menjadi seorang Tatung bukanlah mendapatkan kekuatan super dalam kekebalan tubuh kemudian melakukan berbagai atraksi ekstrim. Namun, menjadi Tatung adalah bagaimana membuat anugerah yang didapat mampu memberikan manfaat dan membantu banyak orang.

Ellen mengaku cukup bahagia menjadi orang pilihan, karena bisa banyak menolong orang yang membutuhkan bantuan. Selama ini, ia tidak pernah memasang tarif kepada orang-orang yang datang padanya.

“Semua gratis karena saya merasa anugerah yang diberikan ini memang untuk membantu orang,” jelasnya.

Dalam perayaan Cap Go Meh mendatang, ia akan tampil menggunakan jubah Dewa Naca berwarna merah. Ada sejumlah kelenteng di Kota Pontianak yang bakal dikunjunginya. Berbagai persiapan pun telah ia lengkapi, misalnya tandu dengan alas paku dan parang.
Meskipun demikian, ia menyatakan akan tampil sewajarnya. Tidak ada hal-hal ekstrem yang akan dilakukannya saat atraksi.

“Sebisa mungkin tampil sewajarnya. Tidak ada yang ekstrem seperti tatung lain. Mungkin karena saya perempuan,” pungkasnya.(Rio Dharmawan)

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.