Setelah Teatrikal Peristiwa Heroik Perobekan Bendera Libatkan Ribuan Pelajar, Risma Inginkan Teatrikal Pertempuran Arek Suroboyo dengan Pasukan Tar Tar

0 115

Surabaya menjadi saksi perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan, salah satunya peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato sekarang Hotel Majapahit pada 19 September 1945. Dalam upaya mengenang peristiwa itu relawan berbagai elemen bekerjasama dengan Hotel Majapahit menggelar teatrikal perobekan bendera pada Rabu (19/9).

Acara yang dipimpin langsung Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Kapolrestabes Rudi Setiawan, Danrem 084 Bhaskara Jaya, ribuan pelajar, veteran, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, para guru dan masyarakat bertujuan mengingat dan mengetahui perjuangan 73 tahun lalu.

Kisah teatrikal berawal saat pengumuman Soekarno pada 31 Agustus bahwa pada 1 September, Merah Putih terus dikibarkan. Namun pemuda Belanda meminta agar benderanya dikibarkan untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina. Aksi pengibaran bendera Belanda di atas Hotel Yamato memancing kemarahan pemuda Indonesia yang melihatnya. Negosiasi pun gagal, akhirnya terjadi perobekan bendera oleh Koesno disaksikan arek arek Surabaya kala itu yang sempat diabadikan media lokal.

Ketika teatrikal berlangsung, sontak seluruh pelajar dan masyarakat yang menyaksikan turut larut sambil memekikkan kata merdeka. Tri Rismaharini pun membacakan naskah mengingat kembali peristiwa 19 September puncak dari pertempuran 10 Nopember dengan mengobarkan semangat untuk selalu bersatu.

Risma mengaku senang dengan banyaknya generasi muda yang terlibat dalam peringatan tersebut, karena peristiwa 19 September 1945 membuktikan semangat pantang menyerah para pejuang dengan segala keterbatasan. Risma berharap generasi muda menghargai perjuangan dan terus bersemangat menggapai keinginan, serta memenangkan pertempuran di masa kini.

“Semangat harus terus digelorakan agar mereka tetap menjadi tuan rumah di kota maupuan di negara sendiri,” ujarnya.

Risma pun berencana menambah aksi teatrikal salah satunya pertempuran antara tentara Tar Tar dengan pemuda Surabaya. Namun, ia mengaku masih mengumpulkan bukti sejarah dari berbagai sumber terkait. Aksi pertempuran tersebut diperkirakan terjadi di seputar sungai Jembatan Merah yang kala itu menjadi pelabuhan di Surabaya sebagai pintu gerbang kerajaan Majapahit.

Kemenangan pasukan Raden Wijaya melawan pasukan Tar Tar dari Mongol yang dipimpin Khu Bilai Khan pada 13 Mei 1293 ditetapkan sebagai hari jadi kota Surabaya.

“Lokasinya di Peneleh bukan di Tanjung Perak ketika peristiwa pertempuran itu terjadi. Kita masih mencari lokasi tepatnya yang saya dapatkan dari  arsip. Kemunggkinan antara Jembatan Merah sampai Peneleh,” ujar Walikota yang secara aklamasi terpilih sebagai Presiden Asosiasi Pemerintah Kota dan Daerah se-Asia Pasifik atau UCLG ASPAC.

Dan Surabaya kini pun masuk dalam nominasi Guangzhou Award 2018 bersaing dengan 14 kota lain di dunia, awal Desembar akan diumumkan pemenangnya. Nicholas You selaku Directur of Guangzhou Institut for Urban Innovation mengatakan Surabaya masuk nominasi karena melibatkan masyarakat dalam gerakan sosial.

Hal itu dapat menjadi contoh untuk negara lain. Nicholas memuji transportasi umum di Surabaya berbayar dengan sampah sebagai inisiatif mengelola limbah agar berkurang. “Surabaya layak disebut kota berkelanjutan,” Ujar Nicholas. (AV)

Leave A Reply

Your email address will not be published.