Jakarta – Yayasan Sakuranesia sebagai platform persahabatan Indonesia dan Jepang menggelar dialog soal membangun peradaban masyarakat “Pulang ke masa depan” secara berkelanjutan dengan menghadirkan para tokoh terkemuka pada Expo Osaka-Kansai 2025.

Ketua Yayasan Sakuranesia Tovic Rustam didampingi pimpinan lain yayasan itu, dikonfirmasi di Jakarta, Minggu, mengapresiasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan mitra penyelenggara.

“Selama kegiatan ini lebih dari 200 orang telah terhubung melalui jembatan persahabatan Jepang–Indonesia,” kata dia.

Ia mengharapkan, dialog peradaban ini menjadi kesempatan penting bagi Indonesia, karena tidak hanya menampilkan pakar nasional di panggung internasional, tetapi juga memperkuat kerja sama strategis dengan Jepang.

Tovic juga mengharapkan perhelatan tersebut digelar setiap tahun sebagai bentuk nyata andil menciptakan perdamaian dunia melalui hubungan persahabatan Indonesia dan Jepang.

Dia mengatakankan dialog tersebut juga menegaskan peradaban masa depan tidak hanya diukur pencapaian material, namun perlu berlandaskan keseimbangan antara inovasi, keberlanjutan, dan harmoni manusia dengan alam.

Dialog peradaban Indonesia–Jepang bertajuk SDG’s Beyond-Future Society for Life yang berlangsung Kamis (2/10) tersebut, dihadiri CEO Toyo System Kaihatsu Co., Ltd. Hiroyuki Matsumoto.

Ia menegaskan komitmen perusahaan berkontribusi sosial berbasis teknologi.

Asuka Tsuzuki dari Tsuzuki Education Group juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai jembatan global generasi mendatang.

Pada sesi diskusi pertama, panelis membahas makna menciptakan dan hidup bersama melalui perspektif SDGs dan kerja sama bilateral.

Ketua Yayasan Sakuranesia Tovic Rustam (tengah) dan mantan Wakil Menteri Lingkungan Jepang Tokutaro Nakai (kanan), serta tokoh internasional Presiden Anthropocene Institute Carl Page (kiri) menandatangani kerja sama kemitraan pada bidang pendidikan dan kebudayaan pada Expo Osaka-Kansai di Paviliun Indonesia, Osaka, Jepang, Kamis (2/10/2025). (ANTARA/HO-Yayasan Sakuranesia)

Kepala Biara Mii-dera Prefektur Shiga Syungen Fuke mengungkapkan pentingnya menghormati warisan lama sekaligus mencari inovasi baru sebagai fondasi kebersamaan.

Dosen tamu Museum Universitas Osaka Prof. Dr. Ken Ito berbagi pengalaman penelitian seni dan farmakognosi, termasuk dialog lintas agama di Indonesia.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wako Prof. Dr. Bambang Rudyanto menambahkan masyarakat masa depan dan keberlanjutan harus dipikirkan dari tingkat lokal hingga global.

Pada sesi kedua, tokoh internasional, seperti Presiden Anthropocene Institute Carl Page menyoroti transisi energi dan CEO SDG Impact Japan Shohei Maekawa mendorong transformasi investasi ESG, sedangkan mantan Wakil Menteri Lingkungan Jepang Tokutaro Nakai menekankan masyarakat harus berbasis sirkulasi sumber daya lokal.

Menjelang penutupan, Yayasan Sakuranesia menandatangani dua kemitraan strategis, yakni dengan The Millennium Sustainability Foundation pada bidang pendidikan dan budaya.

Selanjutnya, bersama Anthropocene Institute untuk kerja sama teknologi energi inovatif dengan prosesi pemberian peci khas Indonesia secara simbolis dari Tovic kepada kedua perwakilan mitra tersebut. (Ant)