Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) akan dimulai pada tahun depan (2026), dengan menggunakan teknologi dari China atau Eropa.

‎”Dua aja kalau enggak Eropa, China,” kata Bahlil ditemui di Jakarta, Jumat.

‎Bahlil menyampaikan, proyek hilirisasi batu bara menjadi DME tersebut merupakan salah satu dari 18 proyek yang sudah diselesaikan konsep dan pre-feasibility study (pra-FS) atau studi awal kelayakan oleh Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.

‎”Sekarang, dari pra-FS itu dipelajari oleh konsultan untuk finalisasi di Danantara,” ujar dia lagi.

‎Bahlil menyatakan proyek hilirisasi batu bara tersebut bertujuan untuk mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang saat ini tercatat hingga 7 juta ton, mengingat kebutuhan LPG nasional mencapai 8,5 juga ton namun hanya mampu dipenuhi secara domestik sebanyak 1,3 juta ton.

‎Sebelumnya Bahlil menyatakan produksi LPG di dalam negeri masih terbatas karena perbedaan karakteristik gas.

‎”Kenapa kita tidak bisa membangun industri LPG dalam negeri? Karena posisi gas kita itu kapasitas kualitasnya itu C1, C2, sementara untuk LPG itu C3, C4,” kata Bahlil, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

‎Sebagai solusi, pemerintah mendorong hilirisasi batu bara menjadi DME, yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi LPG. Proyek ini dinilai memiliki potensi ekonomi besar karena harga DME lebih murah dibandingkan LPG impor.

‎”DME ini adalah hilirisasi dari batu bara dengan menggunakan low calorie dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan LPG,” ujar Bahlil.  (Ant)