“Kita ingin dalam negara demokrasi, maka tolong stabilitas ini tidak boleh diabaikan oleh siapapun,” kata Moeldoko dalam acara Forum Titik Temu “Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan” di Cikini, Jakarta, Rabu.
Moeldoko menjelaskan demokrasi dengan anarkisme berbeda tipis. Kebebasan yang berlebih dalam berdemokrasi cenderung berpotensi mengarah kepada anarkisme.
Selain itu, mantan panglima TNI itu juga menyebut terjadinya perubahan kondisi politik global. Kondisi geopolitik di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia terbangun budaya ketakutan akibat tindakan terorisme.
Sementara geopolitik di Tiongkok dan India sedang membangun budaya harapan melalui pertumbuhan di sektor ekonomi dan militernya.
Dia menambahkan saat ini Indonesia juga tengah membangun budaya harapan melalui pembangunan ekonomi dan sumberdaya manusia (SDM).
“Kita perlu memelihara budaya, bagaimana membangun budaya harapan. Alhamdulillah ini dimulai dari Pak Jokowi, dan juga presiden-presiden sebelumnya,” kata Moeldoko.
Oleh karena itu, menurut Moeldoko, stabilitas dan demokrasi di Indonesia perlu dijaga oleh seluruh komponen bangsa.