Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso mengharapkan negosiasi ASEAN-Canada FTA (Free Trade Agreement) dapat selesai pada tahun 2026.

Pernyataan itu diungkapkan Mendag RI dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri dan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Joint Foreign and Economic Ministers Meeting) yang digelar di sela rangkaian KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia.

“ASEAN saat ini sedang melakukan negosiasi ASEAN-Canada FTA dan Indonesia berharap proses ini dapat diselesaikan pada 2026. Ke depan, ASEAN juga perlu menjajaki kerja sama baru dengan mitra strategis lainnya seperti Uni Eropa dan Dewan Kerja Sama Kawasan Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) untuk memperkuat diversifikasi ekonomi kawasan,” ujarnya dalam keterangan resmi, di Jakarta, Minggu.

Budi menyoroti urgensi memperdalam dan memperluas kemitraan ekonomi melalui proses aksesi untuk melengkapi manfaat dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).

Dirinya menegaskan bahwa RCEP merupakan salah satu tonggak penting dalam memperkuat integrasi ekonomi regional, sekaligus membuka peluang pertumbuhan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi di kawasan Asia-Pasifik.

Mendag juga menambahkan, ASEAN perlu mendorong pemanfaatan dan modernisasi perjanjian perdagangan bebas ASEAN Plus One FTA untuk memperluas akses pasar, mendorong inovasi, serta memperkuat konektivitas rantai pasok di kawasan.

Dalam kesempatan itu, dia turut menekankan pentingnya penguatan koordinasi lintas pilar ekonomi dan keamanan dalam menghadapi dinamika geoekonomi dan geopolitik global.

“Koordinasi ini dilakukan untuk memastikan ASEAN tetap tanggap, adaptif, dan responsif terhadap dinamika global yang semakin kompleks,” ujar Mendag.

“Pertemuan Menteri Luar Negeri dan Ekonomi ASEAN ini merupakan momentum strategis untuk memperkuat kolaborasi antara kedua pilar, sekaligus menjadi kesempatan untuk meninjau kembali mekanisme dan kelembagaan ASEAN dalam mengimplementasikan berbagai inisiatif kolektif,” ujar dia pula.

Pada pertemuan tersebut, dilaporkan pula bahwa para menteri menyambut baik laporan dan rekomendasi dalam ASEAN Geoeconomics Report (AGR) 2025 yang disusun oleh ASEAN Geoeconomics Task Force (AGTF). Laporan itu dinilai berhasil merumuskan analisis dan rekomendasi yang menjadi peta jalan bagi penguatan langkah kolektif ASEAN ke depan.

Salah satu pokok bahasan utama dalam pertemuan ini adalah rencana institusionalisasi AGTF untuk memastikan keberlanjutan dialog lintas pilar di lingkungan ASEAN.

“Indonesia berperan aktif dalam proses penyusunan laporan ini dan kami bangga karena laporan tersebut mencerminkan pemahaman dan kesepakatan bersama negara-negara ASEAN tentang bagaimana membangun ketahanan ekonomi kawasan, sambil tetap menjaga ASEAN sebagai kawasan yang terbuka dan berorientasi ke luar,” kata dia lagi. (Ant)