Cirebon menjadi salah satu kota jujugan wisatawan muslim terbesar, karena di sana dimakamkan Sunan Gunung Jati satu dari Walisongo yang sangat terkenal. Bila datang ke komplek makam Sunan Gunung Jati hingga berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon, ada pemandangan yang sangat menarik. Yakni banyaknya piring porselin kuno asal Tiongkok, walau ada sebagian kecil dari Eropa.
Menurut salah satu pemandu wisata di sana mengatakan seluruh porselin milik Sunan Gunung Jati merupakan hadiah dari berbagai negara melalui kunjungan persahabatan. Ribuan piring porselin tersebut bergambar sangat indah mulai dari kehidupan masyarakat Tiongkok kuno hingga flora faunanya.

Konon dikisahkan Sunan Gunung Jati menikahi anak Kaisar di Tiongkok bernama lengkap Tan Hong Tien Nio 陈凤珍娘. Kisah cinta Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah tidaklah mulus karena tidak mendapat restu dari sang kaisar. Namun akhirnya pernikahan keduanya dapat dilangsungkan dengan datangnya Putri Ong Tien ke Cirebon pada 1540 dikawal ribuan pasukan yang mengabdi penuh kesetiaan.
Sang putrilah yang membawa ribuan porselin tersebut. Sayangnya pernikahan tak bertahan lama, karena sang putri sakit dan wafat. Keduanya dikarunai putra laki-laki tapi meninggal dunia. Sunan Gunung Jati yang memiliki nama Tionghoa, Tu An Po ini sangat mencintai istrinya. Beliau selalu mengajar mengaji tak jauh dari makam sang istri.

Dahulu komplek makam Sunan Gunung Jati adalah pesantren. Bangunannya sangat indah dengan hiasan aneka piring porselin Tiongkok beragam ukuran yang tak diproduksi lagi. Beruntung Sunan Gunung Jati menempelkan seluruh koleksi piring porselen dari Tiongkok menjadi bagian arsitektur bangunan, sehingga hingga kini masyarakat mengetahui sejarah di masa lalu.
Peran Etnis Tionghoa di Cirebon
Keberadaan etnis Tionghoa di Cirebon menjadi elemen penting dalam pembangunan sejak tahun 1415. Ribuan pasukan Tiongkok yang datang ke Kerajaan Cirebon dipimpin Laksamana Cheng Ho, jumlahnya melebihi penduduk setempat. Armada Cheng Ho mendarat selama tujuh hari dan menyebarkan agama Islam dengan damai serta membaur bersama penduduk setempat.
Tak mengherankan pula bila di masjid masjid Cirebon di masa lalu kutbahnya menggunakan bahasa Tionghoa. Banyak anak buah Cheng Ho yang akhirnya menikah dengan penduduk setempat dan tinggal di Cirebon. Sehingga mempengaruhi kebudayaan masyarakat lokal yang dapat dilihat pula dari pakem pakem kain batik khas Cirebon dipengaruhi corak ala Tiongkok.

Pada 1420 rombongan ulama keturunan Tionghoa dari Vietnam datang pula ke Cirebon. Anak mereka dipersunting Raja Majapahit Brawijaya V. Sejak berdirinya Kerajaan Cirebon warga Tionghoalah yang mendominasi kehidupan masyarakat termasuk perdagangannya. Peran warga Tionghoa semakin meningkat ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Putri Ong Tien.
Selama berkuasa di Cirebon, Sunan Gunung Jati mengangkat Cang Xai Kong sebagai Menteri Keuangan. Kehidupan di Cirebon semakin makmur kala itu, tidak ada gesekan antar masyarakat dan hubungan antar negara pun dijalin dengan baik. Seiring dengan dibukanya pambangunan pelabuhan laut yang maju sebagai pintu perdagangan antar negara di masa itu.
Rio salah satu wisatawan mengungkapkan bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon dan Makam Sunan Gunung Jati sangatlah megah dan terawat apalagi dihiasi cawan Tiongkok dan Belanda. Lina salah satu warga mengakui Cirebon kota yang aman dan damai menjunjungg tinggi toleransi antar umat beragama. (AV)













