Masyarakat Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas boleh berbangga. Pasalnya ada satu daerah di Bumi Terigas itu memiliki keunggulan yang tidak dimiliki daerah lain di Kalimantan Barat.
Keunggulan itu ada pada Desa Jelutung yang telah lama dikenal sebagai daerah penghasil Kembang Tahu atau yang lebih dikenal dengan sebutan Yuba.

Informasi yang dihimpun koran Harian InHua, para pelaku industri Kembang Tahu di daerah ini masih cukup banyak dan sudah berlangsung puluhan tahun yang dilakukan secara turun temurun, terhitung sejak tahun 60-an.
Tidak heran jika daerah ini dikenal sebagai sentra pembuatan Kembang Tahu di Kalimantan Barat.
Kembang Tahu yang wujudnya berupa lembaran kering berwarna kuning kecoklatan ini diperoleh dari lapisan atas dari sari pati
kacang kedelai yang direbus selama 3 hingga 5 jam.
Lapisan atas sari pati kedelai tersebut diangkat dengan alat khusus, kemudian ditiriskan, dan dikeringkan. Proses pengangkatan lapisan Kembang Tahu dalam sekali rebus, dapat diulangi sekitar 8 sampai 10 kali sampai tidak terbentuk lagi lapisan yang baru.

Kembang tahu dapat digunakan sebagai bahan untuk berbagai sayuran, ditumis, bahan untuk cap cay, disayur bersama lobak putih, atau dibuat sop pada masakan Tionghoa, sehingga menjadikan kembang tahu sebagai salah satu bahan yang sangat penting.
Bun Jun Choi adalah salah satu penggiat pembuatan Kembang Tahu yang hingga kini masih tetap bertahan di Desa Jelutung. Kegigihan pria 9 anak yang sudah puluhan tahun menggeluti usaha pembuatan Kembang Tahu ini patut ditiru.

Meski berkali-kali usahanya mengalami pasang surut, namun tidak menyurutkan semangatnya untuk memasarkan makanan khas Tionghoa tersebut keberbagai daerah di Kalimantan Barat dan luar Kalbar. Bahkan Kembang Tahu yang dihasilkannya mampu dipasarkan hingga ke mancanegara.
Pemilik usaha kecil menengah Kembang Tahu ini memiliki 4 alat produksi yang dikerjakan oleh anggota keluarganya.

Bun Jun Choi menuturkan, proses pembuatan Kembang Tahu sudah dimulai pukul 12 malam. Dalam memasarkan produknya, ia menggunakan varietas kacang kedelai pilihan agar menghasilkan Kembang Tahu yang berkualitas.
Proses pembuatannnya dimulai dengan pengupasan kulit kacang kedelai kemudian dilanjutkan dengan penggilingan yang dicampur dengan air sambil diaduk-aduk.
Hasil adukan kacang kedelai, kemudian disaring dan diambil sari patinya untuk direbus. Ia menggunakan tabung gas 3 kilogram untuk merebut sari pati kedelai yang dituangkan kedalam loyang. Setelah dikukus selama lebih kurang 10 jam, Kembang Tahu yang sudah jadi itu, kemudian diangkat lalu dijemur dibawah terik matahari. Hasil jemuran tersebut kemudian dikemas kedalam kemasan khusus.
“Saya sudah puluhan tahun memproduksi Kembang Tahu di Desa jelutung sini. Saya ini generasi ke-2. Kami di sini sangat menjaga kualitas Kembang tahu yang enak sehingga selalu disukai oleh konsumen. Kelebihan Kembang Tahu kami ini gurih alami, tidak berbau, karena kami tidak menggunakan bahan kimia ataupun bahan pengawet. Kami membuat Kembang Tahu secara manual dengan pengawasan ketat dan air bersih pegunungan,” ujar Bun Jun Choi di tempat pembuatan Kembang tahu miliknya.
Ia mengaku, persaingan antara produsen Kembang Tahu di Desa Jelutung tidak ketat, walaupun banyak di antara para pembuat Kembang Tahu di tempatnya yang kini juga beralih menjadi produsen dan memproduksi Kembang Tahu secara turun temurun.
“Untuk persaingan, memang tidak terlalu ketat sehingga kami terus berupaya untuk selalu menjaga cita rasa dan mempromosikan produk Kembang Tahu dengan menyuplai ke beberapa tempat yang strategis,” katanya.

Ia mengungkapkan, cukup banyak daerah yang dijadikan sentra pemasaran Kembang Tahu buatannya. Ia memiliki tempat dan cita rasa tersendiri bagi pecinta Kembang Tahu. Sehingga meski produksi Kembang Tahu dari tempat lain bermunculan, Kembang Tahu hasil olahannya tetap menjadi pilihan konsumen.
Biasanya dalam 1 hari, usaha Kembang Tahu Bun Jun Choi mampu menghasilkan 50 bungkus kembang tahu. Hasil produksi ini dipasarkan kepada beberapa pengumpul dan biasanya para pengumpul menjual kembang tahu ke bebera daerah di luar Kabupaten Sambas, seperti Kota Singkawang, Kota Pontianak, Jakarta, Batam, dan Malaysia. (Rio Dharmawan)